PENDAHULUAN


A.           Latar Belakang

Pada tahun 1984 bangsa Indonesia telah dapat menunjukan prestasinya dalam pembangunan pertanian khususnya dalam mewujudkan swasembada pangan (beras). Prestasi ini berkat berhasilnya progam intensifikasin padi sawah terutama dipulau Jawa (Abdurrahman, dkk, 1997). Namun ironisnya empat belas tahun kemudian (1998), negara dilanda krisis penyediaan bahan pangan (beras) nasional. Berdasarkan realisasi produksi padi tahun 1998 dan tingkat konsumsi beras saat itu, maka pada tahun fiskal 1998, pemerintah Indonesia terpaksa harus berutang dari negara tetangga sebesar 3,1 juta ton, untuk memenuhi persediaan beras nasional. Meskipun pada tahun berikutnya impor beras mulai menurun, tetapi tetap tidak dapat mencapai swasembada pangan lagi.
Pembangunan pertanian pada tahun 1999-2004 mengarah pada peningkatan ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis. Pada program pengembangan pangan intervensi pemerintah masih cukup dominan, sementara pada program pengembangan agribisnis, baru mekanisme pasar yang lebih menonjol, namun sebagai motor penggeraknya pada saat itu masih usaha agribisnis skala kecil. Orientasi agribisnis pada setiap usaha pertanian ditunjukan pada peningkatan pendapatan petani yang adil dan merata, sehingga dapat mendukung terciptanya masyarakat tani yang sejahtera, namun disisi lain untuk mencapai produksi yang tinggi pada umunya terhambat adanya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) yang belum banyak dikenal secara mendalam oleh petani (Ekowarso, 1994).


Berbagai masalah untuk mempertahankan produksi padi pada lahan sawah, antara lain :

1.    Terjadinya konversi lahan sawah beririgasi yang cenderung semakin tinggi.
2.    Pelambatan laju peningkatan produksi yang terutama diakibatkan oleh tidak efisiensinya pemberian pupuk organik.
3.    Rendahnya jumlah dan tingkat penerapan teknologi serta sistem tanam anjuran oleh petani.
4.    Gangguan alam terutama terjadi kekeringan yang sering terjadi
5.    Peningkatan jenis dan intensitas serangan organisme penggangu tanaman (OPT).
Tanah di Indonesia sebagian besar memiliki kandungan bahan organik yang rendah sampai sangat rendah. Rendahnya kandungan bahan organik tanah selain disebabkan oleh proses pelapukan yang intensif, juga kebiasaan petani yang jarang mengembalikan sisa-sisa tanaman hasil panen ke dalam tanah dan pengelolaan pertanian yang intensif (Bohn, 1985).
Untuk mengatasi rendahnya produktivitas tanah tersebut perlu segera dilakukan upaya rehabilitasi tanah yang mapu memperbaiki lingkungan fisik, kimia dan biologi tanah sehingga sesuai dengan pertumbuhan tanaman. Salah satu alternatif untuk memperbaiki kondisi lingkungan tanah tersebut adalah dengan pemberian bahan organik kedalam tanah. Perbaikan kondisi tanah dengan penambahan bahan organik ke dalam tanah dari berbagai sumber telah banyak dilaporkan dapat memperbaiki sifat-sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Perlakuan jarak tanam dan penggunaan pupuk organik sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi karena dengan penggunaan pupuk organik tanah menjadi subur dan unsur hara yang sangat diperlukan bagi tanaman. Pembentukan anakan sangat dipengaruhi oleh pemupukan dan jarak tanam, jarak tanam yang terlalu dekat akan terjadi persaingan terhadap unsur hara sehingga pertumbuhan tanaman dan anakan akan berkurang (Ekowarso, 1994).
Sistem of Rice Intensification (SRI) adalah suatu cara budidaya tanaman padi yang efesien dengan proses manajemen sistem perakaran yang berbasis pada pengelolaan air, tanah, dan tanaman Metode ini pertama kali ditemukan secara tidak sengaja di Madagascar antara tahun 1983 sampai 1984 oleh biarawan Yeswit asal Perancis bernama FR. Henri de laulani, S.J.

B.     Perumusan Masalah
Apakah perbedaan sistem tanam dapat berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi sawah varietas Situ Bagendit.

C.           Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem tanam yang tepat sehingga akan diperoleh pertumbuhan dan hasil yang optimal pada budidaya tanaman padi sawah varietas Situ Bagendit.


D.            Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pada petani, khususnya yang berusaha dalam bidang pertanian skala kecil maupun skala besar dalam menentukan sistem tanam yang harus dilakukan untuk mendapatkan keberhasilah dalam usaha tani khususnya tanaman padi sawah terhadap peningkatan produksi padi.

E.            Hipotesis
Diduga ada perbedaan pertumbuhan dan hasil tanaman padi antara System of Rice Intensification (SRI), Pengelolaan Tanaman Terpadu (SPTT) dan Sistem Tanam Konvensional (STK). Dengan penerapan Sistem Tanam Pengelolaan Tanaman Terpadu (SPTT) dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman padi sawah varietas Situ Bagendit.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. alimul arek mengare gresik - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger